TERPILIH JADI BUPATI NGADA
Marianus Sae dilahirkan
di Kampung Bobajo, Kelurahan Mangulewa, Kecamatan Golewa, Ngada, pada tanggal 8
Mei 1962 dari pasangan Bapak Yohanes Da’e (asal Turenaru) dan Ibu Virmina Redo
(asal Bobajo). Beliau kemudian diajak oleh salah satu pamannya yang adalah guru
sekolah dasar untuk memulai pendidikan sekolah dasar di SDK Bejo hingga Kelas
4, dan menamatkan pendidikannya di SDK Bajawa 1 (1970–1975), dilanjutkan dengan
bersekolah pada SMP PGRI Bajawa dari tahun 1976 – 1977.
Namun, karena himpitan
ekonomi, pendidikan sekolah menengah pertama ini terpaksa dihentikan selama
kurang lebih 4 tahun. Selama masa drop-out ini, beliau menjalani berbagai
pekerjaan yang bisa dijalaninya saat itu, antara lain sebagai bertani, menjadi
joki dalam pacuan kuda, pemborong kendaraan umum (oto), cetak batu bata, dan
sebagainya.
Pada tahun 1980, Bapak
Yohanes Dae berpulang, dan meninggalkan Marianus dengan perjuangan hidupnya
sendiri. Meski dengan segala keterbatasan, keinginan untuk bersekolah tidaklah
redup. Dengan upaya sendiri, di tahun 1980 Marianus kembali melanjutkan
sekolahnya di SMP PGRI Bajawa hingga tamat di tahun 1982 dan seterusnya
bersekolah pada SMA Negeri Bajawa, sambil terus bekerja pada percetakan batu
bata (CV Galeta). Meski dengan keterbatasan ekonomi, beliau melanjutkan
pendidikan pada Universitas Nusa Cendana, Fakultas Keguruan dan Ilmu
Pendidikan, Jurusan Administrasi Pendidikan di tahun 1985. Pada tahun yang
sama, Ibu Virmina Redo berpulang, meninggalkan Marianus sebatang kara. Sambil
kuliah, beliau bekerja sebagai buruh proyek bangunan dan sebagai karyawan
asuransi untuk membiayai kehidupannya selama kuliah. Di tahun 1988, posisi
beliau di Asuransi Bumi Asih Jaya yang semula sebagai pencari nasabah, berubah
menjadi Kepala Unit. Namun pada tahun tersebut, menjelang Semester 7, beliau
memutuskan untuk menghentikan kuliah untuk mengadu nasib di Denpasar, Bali.
Di Bali, beliau memulai
bekerja selaku sales, dan kemudian bekerja sebagai karyawan kecil pada
perusahaan cargo Interpec Jasa Tama Semesta yang bergerak di bidang eksport –
import, sejak bulan Februari 1989. Pada bulan Februari 1990, beliau diangkat
sebagai Kepala Cabang perusahaan cargo tersebut. Pada bulan April 1990, beliau
mengundurkan diri dari Interpec Jasa Tama Semesta dan mendirikan perusahaan
sendiri; PT. Flobal Express, yang berubah namanya di bulan November 1990
menjadi PT. Mansada Dirgantara. Kesuksesan sebagai Direktur Utama perusahaan
eksport – import ini tidak membuatnya terlena dan lupa diri. Kecintaannya atas
tanah kelahirannya mendorong beliau untuk kembali dan memberikan kontribusi
bagi pembangunan di Ngada melalui pengelolaan dan promosi wisata di Ngada.
Untuk itu, di tahun 1994, Marianus bersama investor asal Australia mengelola
daerah wisata mata air panas Mengeruda, Soa, di bawah payung PT. Ngada Paradise
yang dipimpin olehnya hingga tahun 1996. Sayangnya, investasi ini terkendala
akibat kondisi investasi daerah yang tidak kondusif berakibat pada kebangkrutan
dan PT Ngada Paradise terpaksa gulung tikar.
Kegigihan Marianus
untuk bekerja dan berkreasi dalam berbagai situasi terus teruji. Di tahun 1997,
Marianus mengadu nasib di Kalimantan melalui program transmigrasi, di mana di
tempat ini beliau membuka peternakan ayam dan karena figur kepemimpinannya,
pernah terpilih sebagai kepala desa. Sayangnya, topografi wilayah Desa Sungai
Rada, Kabupaten Pontianak tempat beliau bermukim ternyata sangat menyulitkan
bagi upaya pengembangan ekonomi. Pada bulan Juli 1998, beliau kembali ke
kampung halamannya di Zeu untuk bertani. Di bulan Oktober 1999, beliau kembali
ke Denpasar, dan bekerja sebagai buruh las di CV Amanda, dan tinggal di mess
karyawan biasa selama kurang dari 3 bulan. Pada bulan Februari 2000, beliau
bekerja sebagai tukang las di CV tersebut. Di bulan Mei 2000, Marianus membuka
perusahan las sendiri, dan menjadi Direktur Utama CV. Soatri Iron, yang masih
berdiri hingga saat ini dan telah mempekerjakan puluhan karyawan. Berbekal
keterampilan dan pengetahuannya di bidang eksport–import, CV. Soatri Iron
melebarkan sayap bisnisnya ke manca negara.
Di tengah
keberhasilannya merintis bisnis produksi dan eksport perabotan dan kerajinan
tangan, keinginan beliau untuk membangun dan mempromosikan Ngada tak pernah
pupus. Oleh karena itu di tahun 2004 hingga sekarang, bersama rekan-rekan
se-visi, beliau mendirikan sebuah perusahaan penerbitan majalah pariwisata
Flores Paradise yang intensif melakukan promosi terhadap aset-aset pariwisata
di daratan Flores. Majalah ini disebarluaskan ke manca negara melalui biro-biro
perjalanan dan hal ini berdampak nyata pada peningkatan jumlah wisatawan asing
ke Kabupaten Ngada setiap tahunnya hingga saat ini. Kepeduliannya pada
pengembangan pariwisata membuatnya terlibat secara aktif dalam berbagai
kegiatan promosi kepariwisataan, termasuk melalui keterlibatannya selaku Ketua
Forum Pariwisata Ngada dan Wakil Ketua Bidang Seni, Budaya dan UKM Forum
Pariwisata NTT di Bali sejak tahun 2005–2008. Melalui Forum ini beliau diundang
ke sejumlah seminar dan lokakarya baik di tingkat lokal maupun nasional guna
mempresentasikan pandangan beliau mengenai pembangunan pariwisata yang berpihak
pada kepentingan masyarakat setempat.
Sosok Marianus sudah
sangat akrab bagi masyarakat Ngada baik yang berada di Bali maupun Ngada. Para
penggemar sepak bola Ngada, khususnya yang berada di Bali mengenal beliau
sebagai sosok yang berkomitmen tinggi untuk mendukung dan memajukan
persepakbolaan Ngada dalam event-event daerah maupun nasional. Mantan pemain
sepak bola ini pernah ikut serta dalam klub sepak bola: Tornado (Divisi III)
Denpasar pada tahun 1992–1994; Permata Putra (Divisi I) di Tuban pada tahun
1992–1994; dan PSN Ngada (El Tari Cup) di Kupang pada tahun 1995. Selanjutnya
beliau menjadi Kepala Pelatih PS Poker di Kerobokan, Kuta, sejak tahun
2001–2003. Dalam posisinya sebagai Wakil Ketua II Bidang Kepemudaan dan
Olahraga Ikatan Keluarga Besar Ngada di Bali (periode 2004–2006), beliau membentuk
Klub Sepak Bola Bintang Timur di Denpasar yang terdiri dari campuran antara
pemain lokal dan asing, untuk mengikuti turnamen sepak bola internasional di
Bali. Pecinta olah raga ini tak segan-segan turun langsung dalam
pertandingan-pertandingan yang dijalankan oleh anak-anak Ngada dan menyokong
tumbuh-kembangnya tunas-tunas baru atlet sepak bola Ngada. Di bidang olah raga,
Marianus juga mensponsori pengembangan olahraga berkuda di Ngada.
Upaya mempromosikan dan
memberdayakan aset daerah Ngada tidak berhenti di situ. Marianus juga melakukan
negosiasi dengan pihak asing untuk memberikan kontribusi bagi pembangunan di
daerah kelahirannya ini. Kegagalan membina usaha yang pernah dirasakannya di
masa lampau tidaklah menjadi batu sandungan yang membuatnya jera, namun justru
memacunya untuk terus berusaha. Oleh karena itu, pada tahun 2007, bersama
rekan-rekan bisnisnya, beliau mendirikan PT. Flores Timber Specialist yang
berfokus pada usaha pengembangan kayu, yang dilakukan untuk pemberdayaan
ekonomi kerakyatan, dan isu global warming. Melalui PT ini, Marianus mendorong
dan menyokong masyarakat Ngada untuk mengembangkan usaha kayu sebagai investasi
jangka panjang yang akan memberi dampak ekonomi yang besar bagi masyarakat
Ngada. Dengan pembiayaan sendiri, beliau menyediakan bibit-bibit pohon kayu
berkualitas bagi masyarakat di berbagai wilayah di Ngada. Pengalaman hidup yang
dijalaninya sebagai petani membangun pemahaman dan kepeduliannya terhadap
masyarakat petani yang hidup dari bertani dan beternak. Oleh karena itu,
kegiatan pemberdayaan ekonomi yang lainnya terus dipicu. Sejak tahun 2007
hingga kini, Marianus menggulirkan program PERAK (Pemberdayaan Ekonomi Rakyat)
dalam bentuk pengembangan ternak sapi dan babi dengan pola Inti Plasma, di mana
masyarakat pedesaan dimodali untuk bisa mengupayakan pengembangan ternak.
Kegiatan ini tidak saja dilakukan dengan memberi motivasi, tetapi dengan
meneladani kegiatan pengembangan pertanian dan peternakan.
Kontribusi Marianus
terhadap pembangunan di Ngada tidak berhenti di situ. Pada tahun 2008, dengan
dukungan para pendonor dari Australia, beliau mendirikan sebuah yayasan bernama
Flores Village Development Foundation (FVDF), yang mengelola sebuah sekolah
gratis bagi anak-anak tidak mampu di daerah terpencil. Sekolah yang bernama:
Zeu Christian College ini merupakan sumbangan bagi masyarakat Ngada dari lobby
dan negosiasi dengan pihak asing yang dilakukan Marianus bagi kepentingan kaum
kecil, yang mengalami kesulitan akses terhadap pendidikan di Ngada. Dukungan
pemerintah tentunya sangat penting guna memastikan bahwa akses terhadap
pendidikan di daerah terpencil seperti ini bisa dipertahankan dan dikembangkan.
Akses terhadap pendidikan yang dulu dengan susah payah beliau dapati ternyata
berbekas cukup mendalam baginya, sehingga membangkitkan kepeduliannya terhadap
pendidikan. Untuk itu, secara pribadi, beliau telah memberikan bantuan bagi
sejumlah sekolah yang mengalami kendala operasional.
Yayasan FVDF tidak saja
mengelola fasilitas dan pelayanan pendidikan gratis bagi masyarakat kurang
mampu, tetapi juga mengelola layanan akses air bersih di daerah-daerah yang
mengalami kesulitan untuk mendapatkan air bersih. Di bulan Januari 2010, proyek
sebesar lebih dari 1 milyar dilakukan di daerah Zeu untuk mendatangkan air
bersih. Tidak hanya itu, secara pribadi Marianus juga memberikan bantuan bagi
daerah-daerah yang membutuhkan akses untuk air minum, antara lain di Desa
Ubedolumolo yang secara turun-temurun masyarakatnya hanya bergantung pada air
tadah hujan dan sumber mata air yang jaraknya cukup jauh dari daerah pemukiman.
Sejumlah desa lainnya telah pula mendapatkan bantuan Marianus terkait akses
untuk air bersih.
Dukungan beliau tidak
saja dilakukan di bidang pemberdayaan ekonomi kerakyatan, pengembangan
pertanian dan peternakan, pariwisata, pendidikan, olah raga dan akses air
bersih. Didampingi istri tercinta, Maria Mo’i Keu, sejumlah pihak telah
merasakan uluran tangannya bagi orang sakit yang membutuhkan perhatian dan
bantuan. Berbagai kontribusi yang diberikan oleh Marianus semata-mata didorong
oleh kepeduliannya pada sesama. Keuntungan yang diperolehnya dari kerja keras
disumbangkannya bagi keluarga dan masyarakat dengan upaya untuk mendorong
kemandirian dan pemberdayaan ekonomi masyarakat. Untuk itu, sejumlah perusahaan
maupun yayasan yang dibinanya telah mempekerjakan puluhan hingga ratusan
karyawan. Komitmen, kreativitas, dan kerja keras merupakan prinsip hidup yang
senantiasa diteladaninya.
Orang-orang terdekatnya
mengenal bapak lima anak ini sebagai figur pekerja keras, jujur, rendah hati,
dan disiplin. Baik di Bali, Kalimantan, maupun Ngada, beliau dikenal sebagai
sosok baik hati yang dekat dengan berbagai kalangan masyarakat. Si penyayang
binatang ini tak pernah membeda-bedakan orang berdasarkan kedudukan maupun status
dalam pergaulannya. Baik dari kalangan pejabat di tingkat pusat, provinsi,
maupun kabupaten hingga petani kecil di pelosok daerah diakrabinya dengan
ramah. Hal ini membuatnya menjadi figur yang dicintai banyak pihak karena telah
memberikan banyak pertolongan dan motivasi untuk terus belajar dan berkarya.
Beliau tak segan-segan berbagi pengalaman pahit dan manisnya di masa lalu guna
membangun motivasi bahwa segala sesuatu itu bisa dilakukan jika ada niat dan
usaha untuk maju.