GuidePedia

Kilas Balik Perjalanan Ikada Bali
Memasuki tahun 2017, Ikatan Keluarga Ngada (IKADA) Bali genap berusia 30 tahun. Sebuah rentang waktu yang amat panjang dan penuh kisah suka dan duka. Ada yang datang dan pergi. Ada yang lahir dan ada pula yang berpulang ke pangkuan ilahi.

Awal mula kelompok suka duka orang Ngada di Bali dirintis oleh dua sesepuh yakni Bapak Ben Djandon dari Riung dan Bapak Anton Ngao kelahiran Boawae.

Pada masa itu jumlah orang NTT yang merantau ke Bali masih bisa dihitung dengan jari. Amat sedikit. Apalagi orang Bajawa cuma segelintir. Di antaranya Bapak Deru, putra Rakalaba, Mangulewa, seorang tentara (ayah dari Bapak Robert Deru). 

Para senior ini membentuk paguyuban dengan nama Nusa Bunga Nusa Nipa, nama khas Flores yang diperkenalkan oleh Pater Piet Petu, SVD. Para Founding Fathers Ikada Bali adalah 
Bapak Simon Rebangula, Bapak Paulus Edmundus Tallo, Bapak Robertus Deru, Bapak Bone Beka, Bapak Yulius Tiwu, Bapak Thomas Muja Na'u dan Bapak Anton Ngao.

Seiring waktu, jumlah warga Ngada yang datang belajar (pelajar/mahasiswa) dan merantau ke Bali terus bertambah jumlahnya. Atas pertimbangan tersebut Bapak Anton Ngao dan para sesepuh saat itu merasa nama Nusa Bunga Nusa Nipa sudah tidak mewakili lagi identitas warga Ngada di Bali. Pada tahun 1987, Bapak Anton terpilih secara mufakat menjadi ketua Ikada Bali pertama.

Sementara Bapak Ben Djandon tak lama kemudian memprakarsai berdirinya Ikatan Keluarga Besar Sao Mese Riung pada 12 Agustus tahun 1992.

Di tangan Bapak Anton Ngao yang berjiwa pekerja keras, jujur dan ramah, jumlah warga Ikada Bali mulai berkembang. Ditambah lagi dengan citra Bali sebagai destinasi wisata yang menjanjikan semakin menarik anak-anak Ngada untuk mengadu nasib di Pulau Seribu Pura ini. 

Sebagian besar warga Ikada berkecimpung di bidang pariwisata, perhotelan dan hiburan. Ada juga yang mulai merambah dunia kargo, pertukangan, bisnis meubel, sekuriti dan jurnalistik. Tak sedikit yang berkarir sebagai polisi dan tentara.


Eksistensi organisasi suka duka orang Ngada ini dalam perjalanan waktu terus diperkuat dengan pertumbuhan sub unit berdasarkan wilayah kecamatan di Ngada. Kelompok arisan Ikada terus bertumbuh dan menjadi cikal bakal terbentuknya unit-unit mandiri di bawah payung Ikada.

Sub unit pertama yang terbentuk adalah Jerebuu yang digerakan Frans Weo dan Agus “Ongko” Lobo. Lalu kelompok arisan Jerebuu mekar dan lahir Boba Ezzo dengan para pionir Goris Godhi dan Yakobus Rani. Masyarakat Israel dan Kota Bajawa sekitarnya membentuk unit arisan Lobobutu dibidangi Leo Ago.

Warga Aimere pun solid membentuk kelompok arisan pertama berbasis koperasi dengan sesepuh Bapak Yulius Tiwu, Bapak Thomas Muja Na'u dan kini Bapak Agus G Thuru.  Lalu hadir Loka Soa yang digagas Mathias Rema Esy dan Bapak Arnold Nono.

Pada tahun 2009 berdiri kelompok arisan Mangulewa yang digagas Andreas Dhena, Fritz Reo dan Mama Mia Mole Rande. Tahun 2010 kelompok arisan Mangulewa bubar dan berdiri Mataraga yang berjalan 2 tahun namun menjadi cikal bakal berdirinya Sub Unit Golewa yang dikoordinir Marianus Buku dan Beny Ule Ander.

Pada tahun 2011 Bapak Bonne Resa selaku sesepuh dan Pembina Ikada mendorong terbentuknya kelompok arisan warga Langa, Bouwa, Bosiko dan Mangulewa (LBBM). Lalu Alex Bajawa yang  masih berprofesi sebagai pentinju professional saat itu dipercaya sebagai ketua umum sebelum diganti oleh Freddie Tay.

Sementara para pemuda, pelajar dan mahasiswa Ngada di Bali tak mau ketinggalan dalam membentuk komunitas. Vandy Abubakar dan teman-teman pada tanggal 28 November 2008 mendirikan perkumpulan Pemuda dan Mahasiswa Inerie United di Jalan Akasia, Gang Telkomania, Denpasar.

Ketika wilayah administrasi Ngada dimekarkan menjadi Ngada dan Nagekeo memberi dampak perubahan kepada Ikada Bali. Warga Nagekeo di Bali pun akhirnya membentuk unit mandiri Ikatan Keluarga Nagekeo (Ikana) dengan ketua pertama Engel Loyma. Meski begitu hubungan emosional, arisan dan kekerabatan Ikada dan Ikana terjalin erat, ibarat hubungan kakak dan adik kandung.

Pergerakan Ikada menuju organisasi modern berbasis AD/RT mulai digagas di era kepemimpinan karismatik Agus “Ongko” Lobo yang tegas. Namun Agus Lobo berhasil merangkul anak-anak Ngada untuk aktif bergiat di Ikada. Pada era Agus Lobo inilah mulai dicanangkan program pendataan warga Ikada Bali yang ditugaskan kepada Humas Beny Ule Ander dan Fancy Doy.

Spirit organisasi modern diwujudkan dalam masa kepemimpinan Fritz Reo yang secara resmi dilantik oleh Badan Pengurus Flobamora di Pantai Berawa, Minggu 15 Juni 2014 yang dihadiri  pula oleh Bupati Ngada Marianus Sae yang adalah mantan Ketua Ikada.

Anggaran Dasar Ikada mulai disusun di penghujung kepemimpinan Fritz Reo dan disempurnakan di masa Ketua baru Leo Ago. Informasi kegiatan warga Ikada mulai diberitakan di website Ikadabali.net yang kemudian berganti domain menjadi www.ikadabali.com

Anggaran Dasar ini pertama  kali  disusun  dan ditetapkan dengan Tim Penyusun/Perumus: Beny Ule Ander (Golewa) Fransiskus Weo, Herman Joseph Siu, Merry Rosari K. Weo (Jerebuu), Leo Ago, Fritz Reo, (Lobobutu), Albert Soba, Nancy Tatu, Fransiskus Soro, Hendrikus Gata, Yohanes Uwa, Damianus Lotu (Aimere), Fransiskus X Doy (Loka Soa), Yakobus Rani (Boba Ezzo), Adrianus Toda (LBBM), pada 31 Juli 2016 di rumah Leo Ago di Dalung.

Pada Maret 2016, Anggaran Dasar disempurnakan lagi dengan ART yang dibahas dalam rapat tahunan Ikada yang dihadiri para sesepuh, senior dan perwakilan sub unit.

Nama Organisi Ikada Bali sebagai organisasi duka dan suka makin dikenal luas ketika mantan Ketua Ikada Marianus Sae terpilih sebagai Bupati Ngada 2 periode dan Agus "Ongko" Lobo menduduki kursi wakil rakyat di DPR Propinsi NTT.

Seiring waktu, Ketua Ikada Leo Ago berharap Ikada Bali tumbuh menjadi organisasi modern yang ke depan tidak bergantung pada figur tertentu. Kaderisasi kepemimpinan adalah panggilan alamiah. Yang paling penting adalah fondasi organisasi yang kuat dan tersistem memberikan kesempatan adil dan merata kepada siapa saja untuk menjadi ketua Ikada. Karena tugas dan panggilan utama kita adalah tanggung jawab buat kehidupan keluarga dan pekerjaan. Itu yang paling utama dan mendasar. Karena itu semangat pelayanan, persaudaraan dan kebersamaan adalah nyawa dari sebuah organisasi sosial ini.


Para Ketua Ikada
1.     Fransiskus Xavier Doy Menjabat Periode 2020 - 2022

2.     Andreas Dhone Menjabat Periode 2018 – 2020
3.     Leo Ago Menjabat Periode 2016 - 2018
4.     Fritz Reo Menjabat Periode 2014 – 2016
5.     Agus “Ongko” Lobo Menjabat Periode 2012 – 2014
6.     Agus “Ongko” Lobo Menjabat Periode 2010 - 2012
7.     Agus Melan Menjabat Periode 2008 – 2010
8.     Marianus Sae Menjabat Periode 2006 – 2008
9.     Emil Bei Menjabat Periode 2004 – 2006
10.     Alex Rema Menjabat Periode 2002 – 2004
11.     Marcel Botha Lawe Menjabat Periode 2000 – 2002
12.  John Raja Menjabat Periode 1998 – 2000
13. Anton Ngao Menjabat Periode 1996 – 1998
14.   Anton Ngao Menjabat Periode 1994 – 1996
15.  Anton Ngao Menjabat Periode 1992 – 1994
16.   Anton Ngao Menjabat Periode 1990 – 1992
17.   Anton Ngao Menjabat Periode 1987 – 1990

"LOBO TOZO TARA DHAGA"
MODHE NEE HOGA WOE
MEKU NEE DOA DELU
SUU PAPA SURU
SA'A PAPA LAKA
MAI SI KITA SAMA-SAMA
PU'U DE DELA SAI DE BANGA, JAGA GO WAKA IKADA
DIA GO NUA TANA NGATA...


Kolo kita setoko, ma'e po'i bhoko. Aze kita setebu, ma'e kita gota geju. Su'u papa suru, sa'a papa laka. Bersatu dalam spirit persaudaraan dalam suka dan duka. Berat sama dipikul, ringan sama dijinjing. Melangkah dalam karya sesuai pekerjaan dan panggilan hidup.

Catatan Admin: Sejarah Ikada akan terus disunting, diedit dan disempurnakan dengan berbagai wawancara para saksi  hidup. Semua usul saran, masukan dan data sangat membantu tim Humas Ikada Bali dalam menghadirkan secara utuh "Sejarah Ikada Bali".

Aktivitas Warga Ikada Bali

     
    Top