Obituari Erna Doy
Oleh: Beny Ule Ander.
Florentina Lepu Doy yang akrab disapa Erna Doy
seakan tahu jalan hidupnya di dunia amat singkat, 43 tahun. Istri Marcel Bota
Lawe, mantan Ketua Ikada Bali periode
2000-2002 ini rutin mendokumentasikan foto-fotonya dengan para sahabat, rekan
dan keluarga besar Ikada dan Flobamora Bali di Facebook maupun Instagramnya.
Kabar duka kepergian Erna Doy pun jadi trending
topik. Sosok medsos darling ini seakan menyiratkan pamit lewat koleksi-koleksi
fotonya sehari-hari dalam berbagai peristiwa hidup yang dilalui wanita
kelahiran Bajawa 22 Februari 1974 ini. Ia senantiasa tersenyum ceria menebar
senyum bahagia dalam setiap foto-fotonya. Akun Facebooknya dibanjiri pesan duka
dari kerabat dan sahabat.
Ketua Komunitas Sang Dewi Flobamora, Geg Angelica
dan anggotanya begitu terpukul begitu mendengar kabar ibu empat anak ini tutup
usia saat dalam perawatan intensif di RS Sanglah, Rabu pagi 2 Agustus 2017.
Maklum Geg Angelica bersama suaminya Yusdi Diaz, Ketua Umum Flobamora Bali
sempat menunggui Erna Doy bersama suaminya dan pengurus Ikada Bali saat
menjalani operasi jelang subuh dini hari.
“Melihat Ibu Erna begitu aktif di berbagai kegiatan
Sang Dewi, saya sudah merencanakan Ibu Erna diangkat sebagai ketua pelaksana
harian Sang Dewi. Sayang kehendak Tuhan berkata lain,” ujarnya.
Saat disemayamkan di rumah duka Kertasemadi Jl Raya
Cargo, Denpasar, ribuan pelayat datang silih berganti memberikan doa dan
penghormatan terakhir. Sebuah bukti nyata jika Erna Doy semasa hidupnya
memiliki relasi dan teladan hidup sosial kemasyarakatan dan menggereja yang
begitu mengagumkan.
Ketua Umum Flobamora Bali Yusdi Diaz begitu dekat dengan almarhum Erna Doy.
Yusdi dan istrinya benar-benar merasa kehilangan sosok warga Flobamora yang
sangat aktif dalam kegiatan Flobamora selama ini. Sebagai rasa hormat dan tanda
perhatian, Yusdi Diaz rela menunggu sampai dini hari saat Erna Doy masuk kamar
operasi. Saat Erna Doy menembuskan napas terakhir pagi hari, Yusdi Diaz sudah
berada di RS Sanglah dan memimpin langsung koordinasi persemayaman jenasah di
rumah duka Kertasemadi bersama Ketua Ikada Leo Ago, Ketua Pelaksana Harian
Fritz Reo dan penasihat Ikada Fransiskus Weo.
Jenasah ibu Erna Doy diterbangkan ke kampung
halamannya, Jerubuu, Ngada. Beristirahat dalam keheningan kaki bukit Inerie. Meninggalkan
kesedihan yang begitu menggoncang orang-orang terdekatnya di Bali. Meski
begitu, suaminya Marcel Bota berusaha tegar dan kuat. Mama Marco, Maura, Cindy
dan Dian selamat memasuki keabadian
hidup Surgawi. Jadilah pendoa setia buat suami dan keempat anakmu yang berupaya
tegar dan mengikhlaskan kepergianmu sebagai kehendak Ilahi.
Sutanti Gelu: Aduh Erna kami berharap engkau sembuh
Justru engkau yang selalu mencemaskan suamimu. Kami hampi bertemu tiap minggu.
Ehhh sedih sekali.
Lexi : Mama Ani kami tidak rela engkau pergi secepat
ini. Kami merasa ada yang hilang dalam hidup kami di Denpasar. Kami amat
terpukul dan selalu merindukanmu setiap saat. Bagi kami Mam ani tetap hidup dan
kami anggap Mama sedang pulang berlibur di Bajawa.
Yasinta Taborat: Kak Erna senyum dan tawamu yang
khas masih melekat kuat dalam ingatan kami. Jika meliha foto-fotomu, kami
merasa engkau masih hidup dan ada bersama kami.
Fransiskus Weo: Adik Erna kami menungguimu saat
menjalani proses operasi. Kami inginkan engkau sembuh dan pulih bukan
meninggal. Hati kami menangis, jiwa kami berduka.
Sri Djadi: Erna ehhh kau terlalu eee. Semua
foto-foto kita jadi kenangan kebersamaan kita. Jalan baik-baik, jadilah pendoa
buat Ka Erits dan anak-anakmu.
Kami akan terus mengenangmu sebagai tim perintis
komunitas perempuan Sang Dewi Flobamora dan Ikada Bali. Senyummu…canda tawamu
yang, keramahanmu dan budi baikmu masih tersimpan dalam kenangan kami.
Requiscat in Pacem.