Beberapa hari terakhir ini marak
terdengar tentang definisi kontroversial antara MUDIK dan PULANG KAMPUNG. Kedua
kata yg lazim ini tampaknya menjadi perbincangan hangat sampai level elit
opososi. Sebegitu penting kah? Ya gak penting banget. Bagi Presiden, larangan
mudik ada korelasinya dg social distancing. Ini menyangkut dg keselamatan anak
bangsa dan juga negara di periode penyebaran pandemic corona ini. Yang merasa
penting banget untuk dibahas hanya oleh para opportunis oposisi pemerintah.
KEBODOHAN yang sengaja dipertontonkan dan ini sangat menjijikkan.
Sini saya kasi tau arti/makna kedua
kata diatas biar gak tampak oon alias bloon.
** MUDIK adalah kembalinya orang2
secara masal ke kampung halamannya sebagai tradisi atau bersifat kultural yg
waktunya telah ditetapkan secara umum khususnya pada hari raya keagamaan.
** PULANG KAMPUNG adalah kembalinya
beberapa orang ke kampung halamannya oleh sebuah kondisi tertentu misalkan
keluarga meninggal dunia, upacara adat, perkawinan, sakit, sekedar liburan
biasa atau ingin menetap kerena berhasil atau melarat termasuk dampak Virus ini
dimana org2 kehilangan pekerjaan dan sulitnya biaya hidup.
Dalam kaitannya dg Pemerintah yg
sedang berusaha untuk memutus mata rantai penyebaran Covid-19, secara logis
baik Mudik maupun Pulang kampung definisi keduanya sama saja.. Gak perlu dibeda
bedakan. Poin pentingnya terletak pada aktifitas pergerakan orang2 dari suatu
tempat ke tempat yang lainnya dan itu dilarang kerena bertentangan dg himbauan
untuk Social distancing dan physical contact, Stay at home, lock down,
Pembatasan Sosial berskala besar (PSBB). Klo ini dilanggar maka dianggap
melawan pemerintah dimana akan ditindak tegas dg sanksi hukumnya yakni
Undang-Undang No. 4 tahun 1984 tentang WABAH PENYAKIT. Mauu???
Saya yakin bhwa Pemerintah pun juga
sudah berpikir dampak sosial yg akan timbul dari larangan ini meski akan ada
kebijakan2 tertentu bagi rakyat yg benar2 telah kehilangan pekerjaan dan
melarat. Mereka2 ini akan diberikan akses khusus untuk tetap kembali ke kampung
halamannya sembari mendorong masyarakat di daerah asalnya dapat dg lapang dada
menerima kepulangan mereka. BUKAN MUDIK.. Just wait for it!!
Pertanyaan balik, mau gak negara ini
sembuh? Mau gk aktivitas ekonomi kembali pulih? Mau gak agar kita dpt dg
leluasa lagi untuk pergi kemana saja secara bebas kesetiap belahan dunia? Mau
gak anak2 kita dapat bersekolah kembali? Mau gak agar kita dapat kopi darat,
berpesta, nongkrong tanpa mengenal ruang dan waktu seperti dulu?
Apakah anda ingin Negara ini colaps
lalu runtuh hanya kerena pemikiran sekelompok orang2 bodoh +62? MARI MERENUNG
gueessss.. THINK SMART WITH YOUR HEART.
BILA SUATU SAAT KITA MATI,
SETIDAKNYA KEMATIAN KITA BUKAN KERENA SEBUAH KEBODOHAN DAN KETOLOLAN.
Negara tidak meminta kita untuk
menyerahkan Nyawa, justru untuk mempertahankannya. SAATNYA KITA MENOLONG NEGARA
CUKUP DG TIDAK MUDIK ATAU PULANG KAMPUNG.
Ini tidak akan lama, bila kita
disiplin, mentaati peraturan dan akan menjadi sangat lama negeri ini akan pulih
bila kita membangkang.
Tawaran saya sebgai warga negara
untuk sesama kita di perantauan adalah BAGAIMANA KITA BERSAMA SAMA MENDORONG
DAN MEMAKSA PEMERINTAH PUSAT MELALUI PEMDA UNTUK MEMBERIKAN JAMINAN KEBUTUHAN
HIDUP KITA SECARA MERATA TANPA PANDANG BULU SEBAGAI JAWABAN ATAS KOMITMEN KITA
UNTUK TIDAK PULKAM ATAU MUDIK. Ini yg seharusnya kita lakukan secara bersama
sama. Sebab bila kita berpikir sebaliknya, secara tidak sadar kita telah
menunjukan kelemahan kita sebagai rakyat yg notabene memiliki kekuasaan
tertinggi atas negara ini diperlakukan bak gembel atau anak jalanan.
HARUSNYA PARA ELIT TERMASUK WAKIL
RAKYAT DARI PUSAT SAMPAI DAERAH LEBIH FOKUS PADA DORONGAN ATAU DESAKAN KEPADA
PEMERINTAH PUSAT DALAM HAL INI PRESIDEN UNTUK PEMBERLAKUAN PEMBERIAN BANTUAN
SECARA MERATA TANPA MELIHAT UNSUR2 KEDAERAHAN, SEBAB INI DAMPAK NASIONAL BAHKAN
DUNIA BUKAN HANYA WILAYAH ATAU RAKYAT TERTENTU YG TERDAMPAK.
INI KOK MALAH SIBUK URUSIN DEFENISI
MUDIK DAN PULANG KAMPUNG.. HALOOOOO.. WARASSSS???
SEMOGA. Tuhan Melindungi dan
memberkati Indonesia***Frengky Doy
Posting Komentar