Cak..cak…cak…cak…cak..
pekik beritme magis melengking dari mulut para penari Kecak menggetarkan panggung
Bali Nusa Dua Convention Center, Selasa malam, 16 Januari 2018 dalam acara
pisah sambut Pangdam XI Udayana. Pejabat lama Mayjend (Purn) Komaruddin
Simanjuntak S.I.P., M.Si. digantikan Mayjend Benny Susianto, S.I.P.
Aula pertemuan pun
mendadak hening. Perhatian tamu undangan tertuju ke para penari Kecak yang
mengangkat tangan, meliukan tubuh dan mengeluarkan seruan khas.
Tiga menit berselang
masuk sepuluh penabuh Gendang Beleq, musik tradisional khas suku Sasak, Lombok,
NTB. Irama gendang beleq yang dipukul bertalu-talu seiring seirama dengan suara
penari kecak.
Hadirin pun terkesima.
Tiba-tiba pada menit keenam suara lagu tarian ja’i membahana. Dari sisi
panggung kiri dan kanan terdengar pekik ja’I dari mulut Reny Galang dan Alo
Rani bersama rombongan penari ja’i enam pasang pria dan wanita menghentak kaki
di karpet merah.
Suasana makin hidup
ketika suara kecak dan gendang beleq mengiringi tarian ja’i.
Hadirin dibuat terhipnotis
sesaat irama lagu ja’i meredup disusul pekik tarian kecak dan suara gebuk
gendang beleq menemani para penari ja’i yang makin bersemangat memberikan
hiburan terbaik.
Terjadilah perpaduan
tarian kecak, gendang beleq dan tarian ja’i yang serasi selaras. Kompak. Tepat.
Pas!
Dari meja VIP tampak
Gubernur NTT Frans Lebu Raya tersenyum bangga. Maklum tarian ja’i berasal dari
etnik Ngada, NTT. Lalu tawa senang diperlihat Mayjend Komaruddin Simanjuntak sambil
bertepuk tangan. Mayjen Benny Susianto pun tersenyum sumringah.
Itulah untuk pertama
kalinya tarian etnik “Soenda Ketjil” kini Bali Nusra tampil dalam satu panggung
kebersamaan dalam perbedaan. Lahir harmoni dan mosaik kesenian yang
membanggakan putra-putri Bali, NTB dan NTT. Perbedaan adalah kekayaan. Saling
melengkapi, mengisi dan hadir menguatkan
kebersamaan di rumah Nusantara.
Tarian kolaborasi
selama 10 menit ini disaksikan langsung oleh Gubernur Bali Made Mangku Pastika
dan Gubernur NTT Frans Lebu Raya, Kapolda Bali Irjen Pol. Dr. Drs. Petrus
Reinhard Golose, M.M. dan Ketua FKUB Provinsi Bali, Ida Penglingsir Agung Putra
Sukahet serta para pejabat militer di lingkungan Kodam IX Udayana yang membawahi
kawasan Bali-Nusa Tenggara.
Tarian kolaborasi ini
membawa pesan yang kuat dari Flobamora Bali sebagai paguyuban warga NTT yang tetap
teguh menjaga tali persaudaraan antar warga 3 propinsi ini.
Ketua Flobamora Bali
Yusdi Diaz mengucapkan terima kasih kepada pimpinan Ajendam Udayana yang
melibatkan Flobamora dalam ajang pisah sambut Pangdam IX Udayana.
Yusdi Diaz pun bangga dengan perwakilan Flobamora dari ikatan keluarga Ngada dan Lamaholot yang telah menyukseskan pentas kolaborasi tersebut.
Yusdi Diaz pun bangga dengan perwakilan Flobamora dari ikatan keluarga Ngada dan Lamaholot yang telah menyukseskan pentas kolaborasi tersebut.
Flobamora Bali pun
mencatat di panggung sejarah tarian kolaborasi jai, kecak dan gendang beleq nama
warganya: sesepuh Ngada Alo Rani, tokoh
sang Dewi Flobamora Gek Agelica Diaz, Walburga Dede, Rizkha Wayong, Nona
Aztheen Kaju Dopo, Metty Lina, Imma Mamoe, tokoh muda Ikada Reny Galang, Beny
Ule Ander, Chester Watu, Sil Gapi, Willy Goa dan Atanasius Rato.
Humas Flobamora Bali
Beny Ule Ander mengucapkan terima kasih kepada para penari yang rela berkorban
waktu dan biaya demi menjaga marwah Flobamora Bali. “Ini kali pertama latihan
bersama militer yang disiplin dan harus sempurna di setiap tahap. Latihan yang
berjam-jam ini perlu kesabaran tim. Semua bisa dilewati dengan baik. Hasilnya
pun sangat memuaskan. Kita akan terus belajar dan berkembang ke depannya,”
harapnya.
Posting Komentar