![]() |
Gunung Inerie |
Gunung Ebulobo |
![]() |
Gunung/Poco Mandasawu |
Tetapi yang lebih menarik dari Gunung Inerie adalah legenda yang dituturkan secara lisan turun temurun. Orang tua dan leluhur kami percaya bahwa Gunung yang ada di daratan Flores termasuk di Kabupaten Ngada adalah jelmaan dari manusia laki-laki maupun manusia perempuan. Hampir semua gunung di Flores ada legendanya. Apa yang kutulis ini adalah Legenda tentang cinta segi tiga para gunung yang berujung pada pertumpahan darah, penyesalan seumur hidup dan penderitaan yang tiada berakhir.
![]() |
Gunung Ine Lika |
Adalah gunung Inerie, Mandasawu, Ebu Lobo dan Ine Lika.
Gunung Inerie terletak di wilayah Kecamatan Aimere, Jerebuu dan Inerie. Gunung
Ebu Lobo di Kecamatan Boawae Kabupaten
Nangekeo, gunung Ine Lika di Kecamatan
Soa dan Poco Mandasawu di
Kabupaten Manggarai. Dikisahkan Gunung Inerie
sebelumnya adalah Ine Rie,
seorang gadis yang cantik jelita, lembut dan mempesona. Tubuhnya tinggi
semampi, rambut hitam panjang dengan gigi putih dan bibir yang mempesona.
Kecantikan Ine Rie sangat tersohor dan tersebar sampai ke
Manggarai. Kecantikan Ine Rie itu membuat seorang pemuda Manggarai bernama Mandasawu ingin mempersunting Ine Rie. Maka
ia memainkan jurus-jurus maut untuk menaklukan hati Ine Rie. Mandasawu
selalu mencari kesempatan untuk bisa merayu Inerie. Namun Ine Rie tidak goyah
sedikitpun. Hati dan perasaannya
sudah tertambat pada seorang
pemuda bernama Jara Masi. Karena itu meskipun Mandasawu hampir setiap waktu merayu Ine Rie tetapi tetap saja gagal. Ine Rie tak sedikitpun
bergeming.
Di saat yang sama
seorang pemuda lain bernama Ebu Lobo juga jatuh cinta pada Inerie. Ebu
Lobo juga tak kalah gesit ingin menaklukan hati Inerie. Maka
seperti yang dilakukan Mandasawu, Ebu
Lobo juga memainkan jurus-jurus rayuan maut agar Ine Rie bisa bertekuk lutut
dan menerima cintanya. Begitu menggebu
cintanya pada Ine Rie membuat Ebu
Lobo dibakar cemburu
setiap kali Mandasawu datang
merayu Inerie. Setiap dibakar cemburu,
Ebu Lobo mengasah parang agar tajam
sehingga bila harus berperang
demi mendapatkan Ine Rie ia sudah siap.
Sebetulnya Ebu Lobo
sudah pernah menyatakan cintanya kepada
seorang gadis bernama Ine Lika.
Namun ketika Ebu Lobo terpesona dengan kecantikan Ine Rie maka Ebu Lobo pun masa bodoh dengan Ine Lika.
Akibatnya Ine Lika juga dibakar cemburu
kepada Ine Rie yang menurutnya telah merebut Ebu Lobo dari kehidupannya. Setiap kali menyaksikan
Ine Rie
disapa oleh Ebu Lobo maka Ine
Lika merasa hatinya diiris-iris dengan pisau tajam. Ine Lika pun menangis
sedih melihat tingkah Ebu Lobo yang begitu mudah pindah ke lain hati.
Sedangkan Jara Masi
menghadapi tingkah Mandasawu, Ebu
Lobo dan Ine Lika tenang-tenang saja. Ia juga tidak dibakar cemburu karena kekasihnya Ine Rie didekati
oleh Mandasawu dan Ebu Lobo. Jara Masi sangat percaya pada ketulusan hati Ine Rie terhadap cintanya. Jara Masi
percaya bahwa Ine Rie tak mudah ditaklukan. Maka ia sungguh menaruh
kepercayaan kepada Ine Rie. Ia juga tidak membenci Ebu Lobo dan
Mandasawu. Bahkan ia tetap bertegur sapa dengan kedua temannya itu
seolah-olah tidak terjadi perkara apapun.
Yang terjadi justru adalah perseteruan antara Mandasawu dan Ebu Lobo
yang semakin menjadi-jadi. Mereka saling menantang, saling beradu otot
dan otak. Mereka berlomba-lomba untuk mendapatkan cinta
Ine Rie. Maka berbagai cara pun
dilakukan. Saling jegal antara Mandasawu dan Ebu Lobo tak terelahkan lagi.
Puncaknya adalah Ebu Lobo dan
Mandasawu sepakat untuk berperang. Siapa
yang terbunuh maka dialah yang kalah dan yang menang berhak untuk mendapatkan Ine Rie.
Namun belum sampai pada hari yang sesuai dengan
perjanjian, peperangan pun terjadi. Ebu Lobo
yang sudah menyiapkan parang tajam pun terbakar amarah ketika melihat Mandasawu mendekati Ine Rie.
Dengan seluruh kekuatan dan amarah yang meluap-luap, ia mengayunkan parang ke arah
leher Mandasawu. Sayangnya, parangnya
terlepas dari genggaman dan terlempar ke
arah laut lepas. Sedangkan parang Mandasawu
yang juga diayunkan sekuat tenaga
ke arah leher Ebu Lobo mengenai sasaran.
Kepala Ebu Lobo tertebas dan terlempar
jauh ke arah utara. Darah pun bercucuran dari leher Ebu Lobo yang telah
kehilangan kepalanya. Melihat Ebu Lobo
tewas ditebas Mandasawu Ine Lika
pun merasa sedih. Ia menangis meraung-raung. Ine Lika menjadi sedih.
Menurut legenda yang diwariskan secara lisan, kepala Ebu Lobo
yang ditebas Mandasawu terlempar
ke utara dan jatuh di perairan laut Riung. Karena dasyatnya hempasan membuat
kepala Ebu Lobo pecah berkeping-keping. Karena
peristiwa berdarah itu semua yang
terlibat dalam cemburu cinta itu mendapat kutukan menjadi gunung. Ine Rie menjadi gunung Inerie yang tenang namun tetap
mempesoba. Ine Lika menjadi gunung
berapi Ine Lika yang sampai sekarang
mengeluarkan asap dan dipercaya
Ine Lika menangis sedih.Bahkan beberapa tahun lalu meletus. Ebu Lobo menjadi
gunung Ebu Lobo yang hampir setiap saat
mengeluarkan asap dan api dan dipercaya sebagai cucuran darah. Sedangkan
Mandasawu menjadi gunung Mandasawu.
Kepala Ebu Lobo yang terhempas di Riung dan pecah berantakan berubah menjadi pulau-pulau yang sekarang
dikenal kawasan 17 Pulau. Para Ebu Lobo yang terlepas dari tangannya dan terhempas ke laut lepas berubah menjadi Pulau yang sekarang disebut
Pulau Sumba. Sedangkan parang dari Mandasawu
juga terlempar kea rah timur dan
terhempas di pantai Ende lalu menjelma menjadi Pulau Ende.
Lalu kemana tokoh
Jara Masi? Karena ia ksatria, baik hati, lembut, tidak cemburu buta, selalu
menaruh kepercayaan kepada orang yang ia cintai maka ia menjelma menjadi kendaraan bagi orang-orang
yang meninggal untuk bisa sampai ke
nirwana. Jara Masi dipercaya sampai sekarang berdiam di Gunung Inerie karena cintanya kepada Ineria adalah cinta
yang sejati, tak terceraikan.***
*) Ini hanya salah
satu versi. Ada banyak versi legenda
tentang gunung yang terlibat cinta
segi tiga. Kalau ada yang masih
ingat sebaiknya ditulis sehingga semakin banyak versi, semakin baik. Dan yang
paling penting, kita sudah mengambil bagian untuk memwariskan secara literer, secara tertulis.
Denpasar, 16 Januari 2018
Posting Komentar