
Pertama kali saya ke Borong tahun 1978 ketika saya masih mengajar di SMP Jaramasi Aimere. Ketika itu saya mengunjungi tanta Veronika Moi di Kisol kemudian main-main ke Borong. Ketika itu Ema Seri Bate, kae Domi Tuga, kae Yohanes Rato masih hidup.
Terakhir saya ke Borong tahun 1996. Libur bersama istri di kae Wellem Wawo. Namun sesungguhnya saya beberapa kali lewat di Kota Borong. Tahun 2010 saat perjalanan dari Labuan Bajo Bajawa dan kembali Bajawa Labuan Bajo selanjutnya dengan pesawat ke Denpasar. Desember tahun 2012 saat dari Maghilewa ke Labuan Bajo. Juli 2013 saat pulang pergi Labuan Bajo Bajawa Labuan Bajo. Terakhir 26 Oktober 2014 saat mengantar jenasah Fransiskus Lae.

Tapi sekarang, konon tanah sudah mahal bahkan bisa ratusan juta. Maka tak heran kalau penduduk ramai-ramai menjual tanah untuk beli motor, beli oto dan lain-lain. Jadi ada peluang untuk jadi orang kaya dengan jual tanah, tetapi ada peluang pula untuk mewariskan kemiskinan kepada anak cucu. Soalnya tanah bukan seperti menanam pisang, ditanam sebatang bertunas puluhan.Ada filosofi Pata Dela (Bajawa) “Bo Moe Tewu Taba, Loka Moe Muku Fuka”, bertunas dan terus bertunas. Tapi filosofi ini tak berlaku untuk tanah. Gaya hidup cari kekayaan dengan jual tanah adalah ancaman bagi masa depan keturunan anak pinak.
Borong kini menawarkan wajah kota.Tahun 1996 saat saya ke Borong dengan sepeda motor, sayalah satu-satunya yang masuk lorong di Wolokolo dan Watuipung dengan sepeda motor. Tapi Oktober 2014 lalu dari atas mobil carteran, saya menyaksikan ratusan sepeda motor, bemo, mobil. Para pengendara tanpa helem ngebut di jalanan menciptakan bunyi meraung-raung.
Artinya Borong sedang bergerak ke masa depan sebagai metropolitan. Dan sebagai metropolitan pasti akan muncul begitu banyak dampaknya. Kemacetan, kesemrawutan, pemukiman kumuh, kios-kios pinggir jalan, hotel-hotel melati, panti pijat sampai tempat esek-esek alias lokalisasi.
Kalau tidak disiasati dari sekarang, bukan tidak mungkin Borong akan menjadi kota dengan sejuta problema.Karena itu mumpung masih muda usia, berbenahlah. Tata kotamu supaya indah, bangun karakter cinta kotamu sendiri. Jangan berteriak-teriak minta pemerintah yang membersihkan got, parit atau halaman rumahmu, tetapi mulailah memerintah diri sendiri, katakan; "Borong, aku ingin engkau menjadi dara cantik abadi, maka aku akan memoles wajahmu, biar tetap cantik dan awet muda…dan aku akan mendayung kehidupan di rahimmu dengan tenang. Begitu na ine ema, ina kraeng!***agust g thuru
Posting Komentar